A. Zaman Purba (15 SM – 7
SM)
Zaman ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang belulang. Manusia pada zaman ini telah mengatahui cara bercocok tanam dan beternak meskipun masih secara berpindah-pinda. Pengetahuan yang diperolehnya, terbatas pada pengalaman dan kemampuannya mengamati alam sekitarnya. Pada purba zaman sampai dengan zaman Babilonia, pengetahuan yang dipunyai manusia saat itu masih berupa mitos.Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu:
1. Pengetahuan didasarkan
pada pengalaman (empirical knowledge),
2. Pengetahuan berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, dan
kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersifat
mistis, magis dan religius,
3. Kemampuan menemukan
abjad dengan sistem bilangan yang sudah menampakkan perkembangan pemikiran
manusia ke tingkat abstraksi,
4. Kemampuan menulis,
berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abstraksi
yang dilakukan, dan
5. Kemampuan meramalkan
peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah
terjadi, misalnya gerhana bulan dan matahari (Santoso, 1977:27-28).
B. Zaman Yunani (7 SM – 6
M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman
keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai
gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Bangsa Yunani pada masa itu tidak mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikapreceptive attitude (sikap menerima begitu
saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap seperti
inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa.
Selain daripada Zaman Yunani Kuno
dipandang sebagai juga dikenal dengan
masa Helinistis. Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah
kebudayaan trans nasional yang disebut dengan kebudayaan Helinistis, karena
kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani raja, tetapi
mencakup juga seluruh wilayah yang ditatlukkan Alexander Agung.
Pada masa Helinis ini muncul beberapa aliran berikut:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia
akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada
dewa-dewa.
c. Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis menusia tidak sanggunp mencapai
kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
d. Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat
aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah
Plotinus. Seluruh filasafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala
sesuatu berasal dari ‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya. (K. Bertens,
1988).
C. Zaman Pertengahan (6 M –
15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun
waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa yang di Benua Eropa.
Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan
pengetahuan ialah suatu periode panjang yang yang dimulai dari jatuhnya
kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di
Italia.
Zaman pertengahan (Middle Age)
ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap
kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi
sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam ilmu pengetahuan adalah para
teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan
ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama.
Menjelang berakhirnya abad tengah, ada
beberapa kemajuan yang tamapak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan.
Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan bajak yang
dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air mulai digunakan untuk
menggiling jagung. Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang
perkapalan dan navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal memperoleh kemajuan
sehingga kapal dapat digunakan lebih efektif. Kompas mulai digunakan di Eropa.
Keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan
setelah orang mengenal alat pemintal kapas.
Keterampilan lain yang penting pada masa
akhir abad tengah adalah keterampilan dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini
berasal dari Cina dan dibawa oleh orang-orang Islam ke Spanyol. Disamping itu
orang juga tela mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.
D. Zaman Reaissance (14 M –
17 M)
Zaman Reaissance ditandai dengan era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Reaissance
ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan
pemikiran yang bebas. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis
pada Zaman Reaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini
adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler, dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran
para filsuf tersebut.
1. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama
bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan
syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan.
2. Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet
semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (beliosentrisisme).
Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang bersala dari Hipparahus dan
Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (Geosentrisme).
3. Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe
sebelumnya, yaitu:
a. Bahwa gerak benda
angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan cirde, namun gerak itu
mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang sama,
garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang
luasnya sama.
c. Dalam perhitungan
matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan
matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing
adalah P dan Q, maka P2 : Q2 X3 :Y3.
4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bntang yang terbesar pada masi itu dan mengamati
beberapa peristiwa angkasa sewcara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa
penting dalam bidangv astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Merkurius
menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan
bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan cahaya
memantulkan cahaya dari matahari (Rizal Mustansyir, 1996).
E. Zaman Modern (17 M – 19
M)
Zaman ini
dimulai pada abad ke-15, banyak penemuan yang mengubah pola pikr sebelumnya
terutama dengan penemuan empiris yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik.
Pada zaman ini, juga menganut metode induksi yang merupakan dasar dari
perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya pengambilan kesimpulan
berdasarkan data eksperimentasi dan fakta. Hal tersebut juga terkait dengan
cara berfikir empirisme. Empirisme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta
yang tertangkap lewat pengamatan atau pengalaman manusia adalah sumber
kebenaran. Zaman ini dikuasai oleh gerakan Ranaissance (kelahiran kembali).
Alat bantu yang lebih canggih yang ditemukan pada zaman ini kadang harus bertentangan dengan kepercayaan maupun kekuasaan yang ada. Diantara penemuan tersebut antara lain;
• Nicolas Cpernicus (1473 – 1540 M) dengan teori Heliosentris.
• Ptolemeous dengan teori geosentris.
• Bredley dengan Aberasi cahaya.
• Bessel denga penemuan Paralaks
• Francis Bacon (1561 – 1662) dengan teori Empiris Induktif
• Rene descartes (1596 -1650 ) dengan filsafat reduksionisme dan metode rasional deduktif.
Ilmu pengetahuan di zaman modern ini terus berkembang dan mengilhami banyak pemikir yang menyampaikan pemikiran diantaranya bahwa perkembngan sains modern akan bergeser ke sains baru. Metode sains modern bersifat empirisme yang mengandalkan kemampuan inderawi dan kebenaran harus dapat dibuktikan secara empiris.
Alat bantu yang lebih canggih yang ditemukan pada zaman ini kadang harus bertentangan dengan kepercayaan maupun kekuasaan yang ada. Diantara penemuan tersebut antara lain;
• Nicolas Cpernicus (1473 – 1540 M) dengan teori Heliosentris.
• Ptolemeous dengan teori geosentris.
• Bredley dengan Aberasi cahaya.
• Bessel denga penemuan Paralaks
• Francis Bacon (1561 – 1662) dengan teori Empiris Induktif
• Rene descartes (1596 -1650 ) dengan filsafat reduksionisme dan metode rasional deduktif.
Ilmu pengetahuan di zaman modern ini terus berkembang dan mengilhami banyak pemikir yang menyampaikan pemikiran diantaranya bahwa perkembngan sains modern akan bergeser ke sains baru. Metode sains modern bersifat empirisme yang mengandalkan kemampuan inderawi dan kebenaran harus dapat dibuktikan secara empiris.
F. Zaman Kontemporer (Abad
ke 20 – sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
kontemporer berkembang dengan sangat cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan
disiplin keilmuannya dan berbagai macam penemuan-penemuannya. Penemuan dan
penciptaan silih berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan
cepat, melipat dua setiap tahun, bahkan dalamdisiplin-disiplin tertentu seperti
genetika setiap dua tahun (Jacob, 1993).
Salah seorang fisikawan termashur abad
ke-20 adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam tidak terhingga besarnya
dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat
statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain ia tidak mengakui
adanya penciptaan alam. Namun pada tahun 1929, fisikawan lain bernama Hubble
yang mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi
di sekeliling kita tampak menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding
dengan jaraknya dari bumi. Observasi ini menunjukkan bahwa alam semesta itu
tidak statis, melainkan dinamis sehingga meruntuhkan pendapat Einstein tentang
teori kekekalan materi dan alam semesta yang statis. Berdasarkan perhitungan
mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang
teramati, para fisikawan kontemporer lainnya seperti Garnow, Alpher dan Herman
menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu
dengan galaksi bimasakti, kira-kira 15 milyar tahun yang lalu. Pada saat itu
terjadi ledakan yang maha dahsyat yang melemparkan materi keseluruh jagad raya
ke semua arah, yang kemudian membentuk bintang-bintang dan galaksi.
Disamping teori mengenai fisika, teori
alam semesta, dan lain-lain. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan
berbagai teknologi canggih. Teknologi
komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kamajuan sangat
pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan
sebagainya.
Selain Einstein yang terkenal dengan teori
relativitasnya, dalam sejarah ilmu pengetahuan alam juga dikenal teori kuantum
dan struktur atom yang diperkenalkan oleh Max Planck di Jerman. Struktur atom
dapat lebih dapat dijelaskan dengan menggunakan teori kuantum ini. Rutherfordl,
Bohr, Pauli, Schroedinger adalah para ahli yang memberi sumbangan besar dalam bidang
pengetahuan ini. Penemuan radioaktivitas oleh Becquerel dikembangkan lebih
lanjut sehingga dapat digunakan untuk penelitian-penelitian dalam berbagai
bidang. Perkembangan ilmu kelistrikan sangat pesat dan dapat menghasilkan
alat-alat yang canggih seperti komputer yang sangat berguna dalam
menunjang kegiatan penelitian guna meningkatkan kegunaan ilmu pengetahuan alam
dan teknologi bagi kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dalam media komunikasi,
penemuan mesin cetak merupakan peristiwa yang sangat penting, yang dimanfaatkan
dengan baik pertama di Eropa. Penyebaran informasi melonjak dengan luar biasa.
Media elektronik kemudian merevolusi informasi dengan televisi, koran jarak
jauh (telezitting), dan lain-lain, sehingga dunia menjadi sangat
kecil, dan orang tidak mau menerima begitu saja apa yang diperolehnya dalam
hidupnya sekarang, apalagi nasib yang diterimanya sewaktu dilahirkan.
Sekarang mikroelektronik dan multimedia membawa kita ke
masyarakat informasi yang sanggup menyajikan gambar, suara dan cetakan
sekaligus dan dapat bersifat individual dan personal.
Di sisi lain pada zaman kontemporer ini,
perkembangan ilmu juga ditandai dengan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemorer hanya mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam. Ilmu
kedokteran semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya.
Akibat dari semakin terspesialisasinya
ilmu, pengkajian suatu bidang keilmuan makin sempit ditambah dengan berbagai
pembatasan dalam pengkajiannya seperti postulat, asumsi dan prinsip sehingga
membuat lingkup penglihatan keilmuan makin bertambah sempit pula. Hal inilah
yang menimbulkan gejala deformation professionelle yakni
perubahan bentuk sebuah wujud dilihat dari kacamata professional.
Sumber
- Drs. H. Abu Ahmadi dan
Dra. Nur Uhbiyati, 1991, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka
Cipta.
- Mudzakir, Drs.,
dkk..1997. Filsafat Umum. CV. Pustaka Setia: Bandung.
- Munir, Misnal, Drs.,
M.Hum., dkk. 2006 Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar